11 Februari 2008

WASPADAI HYPOTHERMIA

Hypothermia adalah penurunan suhu tubuh dari suhu normal normal manusia 36-37 derajat celcius, dari suhu normal itu apabila terjadi penurunan maka akan terjadi gangguan pada kondisi fisik kita.

Bagaimana Mencegahnya, diantaranya kita harus memakai pakaian yang berlapis untuk mengontrol suhu tanpa banyak mengeluarkan keringat, jangan duduk/berbaring langsung diatas tanah/batu, dan gunakan topi bulu domba kalau dingin, karena kebanyakan panas tubuh hilang dari kepala.

Saat mendaki atau berjalan kembali kita bisa mengurangi lapisan pakaian sehingga tidak mengeluarkan banyak keringat ( pakaian yang basah akan cepat menghilangkan panas tubuh). Saat berhenti, sebaiknya kembali menambah pakaian rangkap sebelum tubuh mulai menjadi dingin atau suhu tubuh menurun.

Yang perlu diperhatikan adalah :

(1) Menghindarkan kulit dari air. (2) Makan makanan tambahan sesering mungkin yang berkalori tinggi, misalnya gula-gula, coklat, dll. (3) Siap membawa cukup pakaian gunung, peralatan, tenda dan makanan. (4) Celana “jeans” tidak cocok untuk mendaki, karena jeans yang basah akan lebih berat dan lama keringnya. (5) Bawahlah termos untuk menyimpan air panas agar pada saat perjalanan atau beristirahat kita tidak repot lagi untuk menyiapkannya. (6) Melakukan paking ransel sehingga kalau hujan pakaian, dan alat penting tetap tidak menjadi basah. (7) Simpan bahan bakar kompor dalam botol yg kuat dan aman agar tidak terjadi bocor pada saat melakukan perjalanan di gunung. (8) Kalau memakai botol Aqua saja, dua botol kecil lebih terjamin dibanding satu botol besar. (9) Kalau rencananya pulang pergi dalam waktu satu hari cobalah membawa bekal lebih dari satu malam dan perlengkapan untuk bermalam dengan aman. (misalnya ‘flysheet’ tenda, survival bag, makanan darurat). Siapa tahu akan terjadi sesuatu saat perjalanan yang mengharuskan kita untuk bermalam atau membutuhkan perlindungan.

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia, (1) Hipotermia diawali dengan gejala kedinginan spt biasa, dari badan gemetaran menahan dingin sampe gigi berkerotakan kerna ndak kuat nahan dingin. (2) Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
(3) Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya (”faktor wind cill” kalo ndak salah). Jadi kalo badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi “paradoxical feeling of warmt” akan semakin cepat terjadi. (4) Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah merasa kepanasan, oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu sampe bugil dan tetap masih merasa kepanasan.
(5) Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dg pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalo dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa nahan kedinginan sampe malah merasa kepanasan di tengah udara yg terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalo dia telah terserang hipotermia. Dalam hal ini kawan seperjalanan (terutama team leader atau kawan pendaki yg lebih pengalaman) sangat penting artinya utk mengawasi apakah kawan2 kita ada yg sakit (hipotermia, frostbite, mountain sickness, stress, dll). Jadi kalo ada kawan2 seperjalanan kita mulai bertingkah aneh2 yg di luar kebiasaannya, maka kita patut curiga dan waspada ada apa dg dia dan tentu saja perlu segera memeriksa atau menanyai apakah dia masih “sadar” atau tidak.
(6) Dalam kasus penderita hipotermia yg sampe pada taraf “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dlm banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tdk sampe mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yg sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam2 hal” dan dia akan mengejar apa yg dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa2 yg ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalo banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang dlm kondisi telanjang bulat dan telah meninggal dunia.

Bagaimana cara mengatasi hipotermia? Kalo taraf hipotermianya ringan masih mudah ditangani, tapi kalo sudah mulai bertelanjang dan berlari2 atau berteriak2 mengejar halusinasinya akan susah sekali penangannya. Yang mudah dan praktis adalah melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit hipotermia.

Tindakan-tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermia,

(1) Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dg curah hujan tinggi, maka membawa ponco/raincoat adalah suatu keharusan. Selain mbawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin, kalo perlu) dan pakaian ganti yg berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan kerpus/balaclava/topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yg tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yg baik dan dpt menutupi sampe mata kaki, jangan pake sendal gunung atau bahkan jangan pake sendal jepit. Naik gunung pada musim hujan bukan utk gagah2an aja. (2) Bawa makanan yg cepat dibakar menjadi kalori, spt gula jawa, enting2 kacang, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” utk mengganti energi yg hilang. (3) Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, spt jaket, kerpus/balaclava dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh akibat faktor “wind cill” tidak terasa oleh kita, dan tahu2 aja kita jatuh sakit.
(4) Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi deras. Cuaca di gunung tdk dpt diduga. Hindari pakaian basah kena hujan. (5) Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada team leader atau anggota seperjalanan yg lebih pengalaman utk mengawasi dan membantu bila dirasa perlu.
(6) Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk. (Djel)

Tidak ada komentar: